BPBD Palangka Raya Mulai Siapkan Sarpras Karhutla

BPBD Palangka Badan Penanggulangan Bencana Daerah Raya mulai melakukan persiapan sarana dan prasarana (sarpras) untuk menghadapi potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Persiapan ini dilakukan seiring dengan masuknya musim kemarau yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada pertengahan tahun 2025.

Menurut Kepala BPBD Palangka Raya, Emi Abriyani, langkah ini merupakan bagian dari upaya mitigasi risiko bencana yang rutin dilakukan setiap tahun. Ia menegaskan bahwa deteksi dini dan kesiapan alat merupakan faktor penting dalam mencegah meluasnya karhutla.

Pemeriksaan dan Pemeliharaan Peralatan
Sebagai bagian dari persiapan, BPBD melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap peralatan pemadam, seperti pompa air, selang, dan kendaraan operasional. Selain itu, petugas juga mengecek kondisi embung air serta titik-titik rawan kebakaran yang biasa menjadi lokasi siaga.

Lebih lanjut, BPBD juga mulai mengaktifkan posko-posko siaga yang tersebar di beberapa wilayah, termasuk kawasan permukiman yang berbatasan langsung dengan lahan gambut.

Koordinasi dengan Pihak Terkait
Untuk meningkatkan efektivitas penanganan karhutla, BPBD Palangka Raya juga menjalin koordinasi dengan TNI, Polri, Manggala Agni, dan relawan masyarakat. Koordinasi ini bertujuan untuk memperkuat sinergi lintas sektor dalam menghadapi potensi kebakaran yang bisa saja meluas.

Sementara itu, pelatihan teknis bagi relawan dan petugas lapangan juga mulai dijadwalkan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan respons cepat jika terjadi kebakaran di lapangan.

Imbauan kepada Masyarakat
BPBD juga mengimbau masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar, karena hal tersebut merupakan pelanggaran hukum dan berisiko tinggi menyebabkan karhutla. Masyarakat diminta segera melapor jika melihat titik api atau aktivitas mencurigakan di sekitar area hutan dan lahan kosong.

Upaya Jangka Panjang Pengendalian Karhutla
Sebagai langkah jangka panjang, Pemkot Palangka Raya akan terus mendorong edukasi lingkungan, peningkatan kesiapan infrastruktur pemantauan cuaca, serta pemetaan wilayah rawan kebakaran berbasis data satelit. Dengan begitu, penanganan karhutla tidak hanya bersifat reaktif, tetapi juga preventif dan berkelanjutan.